Ada berbagai cara yang dilakukan pada zaman dulu untuk menguburkan jenazah. Salah satunya dengan meletakkan jenazah di dalam sebuah batu atau waruga seperti tradisi warga Minahasa, Sulawesi Utara. Waruga terletak di Desa Sawangan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara ini merupakan salah satu situs yang dilindungi pemerintah.
Kebiasaan yang sudah terjadi ratusan tahun ini hilang setelah pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan yang melarang jenazah hanya diletakkan begitu saja. Cara pemakaman seperti itu dianggap menjadi penyebab mewabahnya penyakit kolera yang sempat menjangkiti penduduk Minahasa. Wabah kolera sempat melanda warga Minahasa pada tahun 1800. Setelah pelarangan, budaya yang dipercaya telah ada sejak zaman megalitikumini akhirnya punah.
Anton, penjaga waruga di Desa Sawangan mengatakan, waruga dibuat dengan ukuran beraneka ragam sehingga pembuatannya tergolong rumit. Apalagi bagian dalam harus dipahat sebagai tempat jenazah. Sementara bagian luar dibuat relief. Setelah waruga selesai, jenazah langsung dimasukkan dalam posisi duduk.
“Menurut kepercayaan warga di sini, posisi duduk untuk mengembalikan tubuh manusia sama seperti sewaktu lahir,” terang Anton.
Satu waruga bisa menampung sampai 12 tubuh manusia dalam posisi duduk. Setiap kotak memiliki simbol-simbol khusus yang terletak di tutup dan badan waruga guna mengetahui status sosial penghuninya.
Aneka ornamen, lukisan, masih jelas terlihat walau sudah berumur ratusan tahun. Ornamen menyerupai tubuh manusia yang terlihat di bagian tutup menandakan penghuni waruga merupakan tokoh atau orang terpandang sewaktu hidupnya.
Sedangkan ornamen berbentuk binatang menandakan penghuni waruga merupakan seorang pemburu binatang. Waruga yang sudah diatur berjejer di Desa Sawangan berjumlah 144 buah dari sekira 2.000 yang tersebar di daerah Minahasa. Selain itu, berbagai jenis barang milik jenazah juga dibawa ke dalam waruga. Benda-benda antik bernilai sejarah disemayamkan bersama jenazah, namun kini diambil guna diamankan.
Sebagian barang peninggalan dapat dilihat di tempat penyimpanan yang berada di Taman Purbakala Waruga Sawangan yang terletak di samping kuburan kuno ini. Sedangkan barang-barang yang ditinggalkan berupa sisa tulang manusia, piring, cangkir, kalung, dan peralatan lainnya yang berfungsi sebagai bekal kuburan bagi penghuni waruga. Sumber
Kebiasaan yang sudah terjadi ratusan tahun ini hilang setelah pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan yang melarang jenazah hanya diletakkan begitu saja. Cara pemakaman seperti itu dianggap menjadi penyebab mewabahnya penyakit kolera yang sempat menjangkiti penduduk Minahasa. Wabah kolera sempat melanda warga Minahasa pada tahun 1800. Setelah pelarangan, budaya yang dipercaya telah ada sejak zaman megalitikumini akhirnya punah.
Anton, penjaga waruga di Desa Sawangan mengatakan, waruga dibuat dengan ukuran beraneka ragam sehingga pembuatannya tergolong rumit. Apalagi bagian dalam harus dipahat sebagai tempat jenazah. Sementara bagian luar dibuat relief. Setelah waruga selesai, jenazah langsung dimasukkan dalam posisi duduk.
“Menurut kepercayaan warga di sini, posisi duduk untuk mengembalikan tubuh manusia sama seperti sewaktu lahir,” terang Anton.
Satu waruga bisa menampung sampai 12 tubuh manusia dalam posisi duduk. Setiap kotak memiliki simbol-simbol khusus yang terletak di tutup dan badan waruga guna mengetahui status sosial penghuninya.
Aneka ornamen, lukisan, masih jelas terlihat walau sudah berumur ratusan tahun. Ornamen menyerupai tubuh manusia yang terlihat di bagian tutup menandakan penghuni waruga merupakan tokoh atau orang terpandang sewaktu hidupnya.
Sedangkan ornamen berbentuk binatang menandakan penghuni waruga merupakan seorang pemburu binatang. Waruga yang sudah diatur berjejer di Desa Sawangan berjumlah 144 buah dari sekira 2.000 yang tersebar di daerah Minahasa. Selain itu, berbagai jenis barang milik jenazah juga dibawa ke dalam waruga. Benda-benda antik bernilai sejarah disemayamkan bersama jenazah, namun kini diambil guna diamankan.
Sebagian barang peninggalan dapat dilihat di tempat penyimpanan yang berada di Taman Purbakala Waruga Sawangan yang terletak di samping kuburan kuno ini. Sedangkan barang-barang yang ditinggalkan berupa sisa tulang manusia, piring, cangkir, kalung, dan peralatan lainnya yang berfungsi sebagai bekal kuburan bagi penghuni waruga. Sumber